Krisis Perangkat Lunak (Software
Crisis)
Pada jaman dimana masyarakat belum
mengenal internet dan terbatasnya pengetahuan tentang teknologi, sangat terasa
betapa sulitnya untuk memiliki dan menggunakan software. Ilmu pengetahuan
tentang bagaimana mengembangkan software tidak dimiliki oleh semua orang pada
jaman ini, karena pengetahuan mengembangkan software hanya dimiliki oleh
perguruan tinggi yang pada saat itu sudah menggunakan komputer yang sudah
memiliki turbo pascal (bahasa pemrograman). Kurangnya ilmu pengetahuan, kurang
pesatnya penyebaran informasi, dan mahalnya harga suatu software menjadi
penyebab utama terjadinya krisis. Krisis ini dapat dikatakan sebagai krisis
keterbatasan software. Perkembangan teknologi terasa sangat lambat dijaman ini
karena keterbatasan tersebut, hingga saat dimana sistem operasi yang sebelumnya
DOS dan UNIX bergeser menjadi Windows dan Linux yang cara penggunaanya pun
lebih sederhana dibandingkan sistem operasi sebelumnya. Dengan terus
berkembangnya Windows dan Linux kemudian muncul secara bertahap software dimana
sistem operasi dapat terhubung dengan informasi, dan komunikasi (e-mail) yaitu
Browser. Meskipun kemunculan Browser menandai kemajuan teknologi yang cukup
baik, namun tidak semua masyarakat dapat merasakannya karena faktor ekonomi,
software dan komputer pada jaman ini pun masih terbilang cukup mahal bagi
beberapa kalangan masyarakat.
Berbeda dengan jaman sebelum
masyarakat mengenal teknologi, mungkin masyarakat di jaman modern mengatakan
bahwa software adalah sesuatu yang mudah untuk didapatkan mulai dari software
gratis (freeware), percobaan (trial), berbayar (commercial) sampai dengan
software yang disewakan secara online melalui web tertentu. Cara mendapatkan
software pun tidak sulit dan sangat beragam seperti memesannya melalui situs
tertentu, mengunduhnya melalui beberapa situs, mendapatkan melalui dvd/cd yang
dijual luas, hingga membeli atau mengunduhnya melalui beberapa market yang
memang sudah tersedia saat ini (Google playstore, Nokia ovi, iTunes, Blackberry
world). Legalitas untuk mendapatkannya pun bukan lagi menjadi pandangan yang
penting bagi para pengguna, karena beberapa software commercial banyak dijumpai
dalam bentuk freeware atau biasa juga dikatakan sebagai software bajakan. Dalam
era modern ini software sudah menjadi konsumsi wajib masyarakat, terlebih
dengan berkembang pesatnya teknologi. Mulai dari teknologi mobile, internet,
bahkan dari televisi dimana grafis yang didalam tampilannya adalah rekayasa
grafis software.
Namun, dijaman modern ini bagi
kalangan pengembang software dapat dikatakan cukup sulit. Karena sebenarnya
saat ini kita sedang berada didalam era krisis. Era krisis yang dimaksud bukan
disebabkan karena kekurangan software seperti yang terjadi pada jaman sebelum
internet diperkenalkan, tetapi sebaliknya. Krisis software ini disebakan oleh
kelebihan dalam sisi kompleksitas, ketersediaan yang berlebih (information over
flood), estimasi jadwal dan biaya yang sering kali tidak tepat, dan kualitas
software yang kurang baik (ditandai dengan banyaknya bug). Selain itu
sebenarnya bukan hanya pengembang yang mengalami krisis dalam hal ini,
masyarakat pun secara tidak langsung mengalami dampaknya meskipun tidak
dirasakan dengan jelas. Seperti seorang mahasiswa yang bingung memilih
antivirus apa yang baik untuk komputernya, syndrom multi-account oleh para
pengguna social media yang terkadang menjadi spam (contohnya satu orang yang
memiliki lebih dari tiga akun), hingga menjadi perang psikis bagi anak dibawah
umur jika menggunkan software secara berlebihan dan diluar pengawasan orang tua
(misalnya bermain game di tablet hingga lupa waktu belajar dan bermain diluar).
Rekayasa Perangkat Lunak (Software
Engineering)
Software Engineering atau biasa
disebut dengan Rekayasa Perangkat lunak merupakan penerapan suatu pendekatan
yang sistematis, disiplin dan terkuantifikasi atas pengembangan, penggunaan dan
pemeliharaan perangkat lunak, serta studi atas pendekatan-pendekatan tersebut,
yaitu penerapan pendekatan engineering atas suatu perangkat lunak. Software
Engineering dapat menjadi suatu solusi untuk mengatasi krisis software yang
sedang dialami saat ini karena pada dasarnya krisis software ini memerlukan
pendekatan optimal yang dapat dilakukan melalui software engineering ini. Dalam
software engineering terdapat tiga komponen yaitu
- Proses, yaitu hal-hal yang mungkin dilakukan oleh pengembang demi mewujudkan kualitas yang baik dalam software yang dikembangkan. Hal yang sangat menentukan pemilihan suatu proses yang tepat adalah sumber daya (resources), biaya (budget), dan waktu yang dibutuhkan (time).
- Metode, yaitu langkah-langkah teknis yang mungkin dilakukan bagi pengembang untuk mengembangkan softwarenya. Dapat dikatakan juga bahwa metode merupakan aksi-aksi yang dilakukan, biasanya metode dilakukan berdasarkan pada proses sebagai dasarnya.
- Tools, yaitu perangkat bantu atau cutting edge yang digunakan pengembang untuk mengembangkan software agar lebih mudah dan tools ini harus sangat disesuaikan dengan kemampuan tim dan tools haruslah benar-benar dibutuhkan tim dalam mengembangkan. Jangan sampai tools menjadi sesuatu yang membuat bingung. Misalnya dari sekian banyak IDE, pilih dengan tepat perangkat mana yang sesuai dengan project yang akan dikerjakan.
Software yang baik adalah software
yang bekerja dan dapat digunakan oleh pengguna sebagaimana mestinya. Yang
dimaksud bekerja sebagaimana mestinya yang dimaksud disini adalah software dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun demikian, bukan hanya sekedar
software tersebut sesuai dengan kebutuhan pengguna pada saat itu tapi juga
bagaimana software tersebut dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
Dengan adanya software engineering ini, pengembang akan lebih mudah
mengembangkan softwarenya sesuai dengan kualitas dan kebutuhan pengguna.
Krisis Perilaku dan Pertahanan
Tradisi Ditengah Era Teknologi
Jika software engineering merupakan
metode yang dapat menjadi solusi dari krisis software. Apakah ada metode yang
dapat dijadikan solusi untuk krisis budaya dan kebiasaan masyarakat? Dengan berkembang
pesatnya suatu teknologi juga diikuti dengan berkembangnya intelektualitas dan individualitas
masyarakat, kemudian terbentuklah suatu kebiasaan baru yang menjadikan pola
budaya masyarakat berubah bahkan secara drastis. Misalnya, dulu sebelum
software-software sosial media berkembang dengan pesat seperti saat ini,
seorang penumpang angkutan umum masih melakukan interaksi dengan penumpang
lain. Interaksi yang dilakukan pun beragam mulai dari menanyakan arah tujuan
terakhir angkutan tersebut hingga hanya sekedar mengobrol. Berbeda dengan era
saat ini, seorang penumpang angkutan umum lebih banyak melakukan interaksi
dengan ponselnya dibandingkan dengan dengan manusia yang ada disekitarnya, jika
pada saat itu ada orang asing yang mencoba berinteraksi dengannya mungkin yang
terlintas dipikiran orang tersebut adalah ‘Apakah orang ini pencuri? Apakah
orang ini berniat jahat?’. Penyebab pikiran buruk seperti itu didasari oleh apa
yang ditampilkan oleh media mengenai kejahatan ditempat umum, dimana media
menampilkan informasi tersebut melalui sebuah software. Hal tersebut dapat
dikatakan sebagai krisis perilaku.
Bukan software mungkin penyebab
utama krisis perilaku, tetapi bagaimana pola pikir masyarakat itu sendiri yang
menjadikan software tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Awal mula
diciptakannya software chatroom seperti line, bbm, whatsapp adalah untuk
mempermudah komunikasi dan interaksi antara pengguna yang satu dengan pengguna
yang lain. Betapa mulianya tujuan tersebut karena software dapat menjadikan
silaturahmi tidak terputus, tapi tidak disangka dibalik hal tersebut juga terdapat
hal tidak baik, misalnya pengguna hanya terfokus pada software yang
digunakannya untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau keluarga dibandingkan
dengan fokus dengan apa yang terjadi disekelilingnya (penyebab utama terjadinya
kecelakaan lalu lintas). Kemudian banyaknya kejahatan-kejahatan terjadi mungkin
juga karena tidak digunakannya software sebagaimana mestinya, misalnya sebuah
smartphone terbaru diluncurkan dengan berbagai macam kecanggihannya tentu saja
akan menarik perhatian banyak kalangan, pengembang mempublish peluncurannya
melalui televisi, seorang remaja dengan ekonomi menengah kebawah tertarik dan
ingin membelinya namum tidak memiliki uang, dua hal yang mungkin terjadi
pertama ia bersabar dan mengurungkan niatnya, kedua ia akan melakukan segala
cara untuk memenuhi keinginannya. Segala cara yang mungkin ia lakukan pun
beragam mulai dari bekerja keras, menabung, atau bahkan terburuk adalah
mencuri.
Perkembangan teknologi software
merupakan salah satu tanda dari sebuah modernisasi. Modernisasi yang pada
akhirnya menjadikan masyarakat menjadi individual, dan maraknya kejahatan demi mendapakan
gaya hidup modern, namun dengan mempertahankan tradisi dapat menjadi solusi
praktis untuk mencegah individualisme yang berlebih dan kejahatan ditengah era
modern ini. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar
dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini,
suatu tradisi dapat punah. Berkembangnya software terkadang menjadi konflik
dalam beberapa kalangan masyarakat, seperti berkembangnya software untuk
mengakses audio dan video yang disalah gunakan oleh beberapa pengguna untuk
mengakses video porno, kemudian menjadi pertentangan oleh beberapa komunitas
agama dan terjadi sebuah konflik yang tidak jarang konfik tersebut akan
berkembang jika tidak diatasi dengan cara yang benar.
Namun demikian, ada beberapa
pengembang yang memikirkan bagaimana agar software dapat terus berkembang pesat
namun tidak mengubah tradisi yang ada dalam masyarakat. Misalnya Al-quran dalam
bentuk .APK dimana Al-quran ini biasanya juga disediakan dalam bentuk audio,
software ini sangat membantu pengguna
mempertahankan tradisi mengaji meskipun sedang dalam perjalanan. Jika tradisi
dan perkembangan software dapat dijalankan dengan seimbang maka tidak akan ada
konflik dan kejahatan. Software dan pengembangannya bukan suatu kesalahan,
karena dalam pengembangan software merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
memerlukan logika. Mengikuti tradisi bukan berarti berhenti untuk berkembang
untuk lebih maju, tetapi perlu adanya pengkajian dalam masyarakat untuk
mengimbangi antara kebutuhan dengan keinginan. Software dapat menjadi kebutuhan
ketika software digunakan sebagaimana ia seharusnya digunakan dan software
hanya menjadi keinginan ketika pengguna tidak benar-benar membutuhkan software
tersebut untuk keperluannya (seperti anak 3 tahun yang sebenarnya tidak perlu
diberikan tablet karena boneka<tradisi mainan anak> adalah kebutuhannya,
bukan sebuah tablet<teknologi> dengan radiasi yang belum tentu dapat
direspon dengan baik oleh tubuhnya).