Selasa, 23 Desember 2014

Trauma dan Perubahan



            Sifat traumatis dari perubahan mungkin didukung oleh sejumlah rintangan sosial dan psikologis terhadap perubahan. Rintangan sosial dan psikologis ini dapat dipandang sebagai mekanisme pertahanan melawan trauma perubahan. Ada berbagai cara yang dilakukan orang untuk melawan suatu perubahan, setiap agen perubahan mengalami berbagi masalah diluar sana jika mencoba menjuruskan orang lain ke arah yang baru. Didalam kasus tertentu, sistem nilai itu sendiri ternyata memiliki kekuatan melawan terhadap setiap perubahan. Contohnya, nilai mungkin meminimalkan arti penting aspirasi material atau meremehkan aspek kultural lain, atau bahkan memerlukan hubungan antar-pribadi dan antar-kelompok yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat modern. Sikap tertentu juga merintangi perubahan. Pembangunan ekonomi akan menghambat kecuali jika setiap orang mempelajari sikap bersedia untuk bekerjasama, menghendaki kemajuan, menghargai pekerjaan tangan dsb. Bahkan perubahan yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pemeliharaan kesehatan sekalipun, mungkin menghadapi rintangan karena sikap tradisional, misalnya mengenai soal kesopanan wanita yang diperiksa oleh dokter laki-laki di poliklinik KB.

            Ada sejumlah alasan yang merintangi perubahan. Tetapi tidak satu pun diantara alasan ini yang berkaitan dengan trauma yang sesungguhnya terhadap perubahan. Asumsi yang menyatakan bahwa trauma lebih sering diciptakan oleh perubahan , dan asumsi yang memberikan penilaian negatif terhadap perubahan mungkin merupakan asumsi yang menonjolkan stabilitas dan ketenangan sebagai keadaan yang wajar dan diinginikan oleh manusia. Tetapi kekeliruan mitos ini jelas terlihat dari sisi pengamatan asumsi bersangkutan, bahwa perubahan diterima dengan baik, diprakarsai oleh manusia itu sendiri. Jika orang jelas menentang perubahan pada waktu tertentu, maka jelas orang itu akan menilainya baik pada waktu lain. Contohnya, sering diasumsikan bahwa salah satu masalah pelik industrialisasi mayarakat tradisional adalah dalam menjamin tanggung jawab tenaga kerja industri. Orang telah mengetahui bahwa sekali-sekali akan mengalami kekecewaan bekerja dipabrik. Namun tanggung jawab terhadap perubahan industri tidak selalu menjadi masalah. Sebuah studi yang menunjukan bahwa integrasi pabrik ke dalam komunitas tradisional dapat berlangsung dalam proses  relatif lancar. Industrialisasi bukanlah rintangan yang tak terelakkan dan bukan kesenjangan yang melekat pada kebudayaan tradisional. Hanya jika kita berasumsi bahwa pabrik di Asia, Afrika atau di Amerika Latin harus beroperasi persis seperti dipabrik di AS, maka kita akan berhadapan dengan perkara rintangan yang serius.


            Semakin besar tingkat perubahan sosial yang dibayangkan, semakin tinggi tingkat kegelisahan koresponden. Kolerasi ini rendah, jika perubahan didefinisikan sebagai sesuatu yang dikehendaki. Riset yang dilakukan oleh Vinohur dan Selzer menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan kehidupan yang menumpuk berhubungan langsung dengan ketegangan mental dan kesusahan pikiran yang dilaporkan oleh penderitanya sendiri. Tingkat perubahan yang tinggi ternyata menimbulkan ketegangan yang lebih besar dibanding tingkat perubahan yang rendah, namun keteganag hebat terjadi jika perubahan dibayangkan baik cepat maupun tidak dikehendaki.Tingkat perubahan yang optimal telah dikemuka kan oleh Starbuch, ia menunjukan bahwa anggota organisasi tidak akan menjadi bahagia apabila berada didalam lingkungan yang terlalu stabil maupun lingkungan yang terlalu berubah-ubah. Sedangkan Seindenberg menulis mengenai trauma yang ditimbulkan ketiadaan persaingan yaitu situasi dimana tidak ada persaingan yang cukup, yang dapat membawa konsekuensi timbulnya trauma. Kurangnya persaingan dari pihak luar dan kurangnya tanggapan yang tepat dari pihak dalam dapat menjadi trauma yang tidak kurang hebatnya dibanding serangan dramatis menentang diri sendiri (ego). Jika perubahan cepat dapat menjadi sumber ketegangan mental, mungkin begitu pula dengan perubahan yang berlangsung terlalu lambat.  
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar