Pengertian
Penyesuaian akuntansi berarti pencatatan atau pengakuan
(penjurnalan dan pengakuan) atas data-data transaksi tertentu pada akhir
periode sehingga jumlah rupiah atau dolar yang terdapat didalam tiap-tiap
rekening sesuai dengan kenyataan pada akhir periode tersebut dan laporan
keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada laporan
(neraca). Penyesuaian tersebut perlu dilakukan karena alasan-alasan berikut:
F Kepraktisan,
Dalam hal tertentu tidaklah praktis untuk mencatat suatu transaksi setiap kali
terjadi karena transaksi tersebut hanya menyangkut jumlah rupiah atau dolar
yang kecil dan berkali-kali terjadi. Hal ini biasanya bertalian dengan
pemakaian bahan habis pakai atau semacamnya (termasuk keluarnya barang dagangan
dalam perusahaan perdagaan). Pemakaian bahan ini tentunya mengehendaki
pencatatan pengeluaran sumber ekonomik menjadi biaya. Karena tidak setiap hari
menyusun laporan keuangan pencatatan bahan seperti itu dapat dilakukan
sekaligus pada akhir tahun demi kepraktisan.
F Alokasi Periodik, Dalam
hal tertentu pencatatan biaya tertentu baru dapat dilakukan pada akhir periode
karena jumlahnya tergantung pada pemakaian selama satu periode. Misalnya saja
depresiasi kendaraan yang perhitungannya didasarkan atas kilometer terpakai
selama periode. Dapat juga karena alasan teknis pembukuan (misalnya berdasarkan
buku pedoman akuntansi perusahaan), transaksi tertentu hanya dicatat pada akhir
periode. Misalnya, pembebanan biaya depresiasi dan taksiran pajak penghasilan,
dan taksiran rugi piutang yang tidak tertagih.
F Akuntansi Menganut Asas Akrual, Akibat
konsep dasar penandingan (matching concept) akuntasi menandingkan pendapatan
periode tertentu dengan biaya yang dianggap menghasilkan pendapatan periode
tersebut. Asas akrual sebenarnya timbul karena akuntansi menggunakan periode
waktu sebagai takaran pengukuran laba (konsep periode). Akuntansi
berkepentingan untuk mengukur besarnya laba dalam suatu periode dan bukan
mengukur laba untuk penjualan sejumlah unit barang atau jasa. Dengan kata lain,
untuk menentukan laba periode, akuntansi menandingkan pendapatan dan biaya
selama periode tertentu.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyesuaian diperlukan
karena akuntansi berusaha untuk dapat menetapkan besarnya laba periode secara
tepat. Laba perusahaan diukur atas dasar kenaikan aktiva perusahaan yang berasal
dari kegiatan ekonomik perusahaan dan bukan kenaikan kas. Bahkan sedapat-dapatnya
akuntansi berusaha untuk dapata menyajikan laba yang mendekati laba ekonomik.
Laba ekonomik sebenarnya lebih menggambarkan kenaikan kemakmuran (wealth)
perusaaan dalam suatu periode daripada sekedar kenaikan jumlah rupiah kas.
Kenaikan kas selama periode belum tentu menggambarkan kenaikan kemakmuran
perusahaan atau menggambarkan prestasi manajemen. Aktiva dapat dianggap
menunjukan kemakmuran perusahaan. Oleh karena itu, laba akuntansi dapat
direpresentasikan oleh kenaikan aktiva yang disebabkan oleh transaksi operasi.
Akuntansi tidak menentukan laba atas dasar penerimaan kas ditandingkan dengan
pengeluaran kas. Karena penandingan dilakukan pada akhir periode tanpa memperhatikan
kapan terjadinya pengeluaran atau penerimaan kas maka ada kemungkinan bahwa
pada akhir periode rekening tertentu tidak menggambarkan keadaan yang
senyatanya pada tanggal tersebut atau rekening tertentu belum memuat jumlah
yang seharusnya diakui pada akhir periode tersebut. Misalnya saja, pada tanggal
penyusunan laporan keuangan belum waktunya bagi perusahaan untuk membayar bunga
karena tanggal laporan tidak bertepatan dengan tanggal membayar bunga. Namun
demikian, perusahaan harus mengakui atau mencatat biaya bunga yang sudah
berjalan sampai tanggal laporan karena secara ekonomik perusahaan telah
menikmati jasa sumber ekonomik tersebut.
Objek/Transaksi
Penyesuaian
Penyesuaian tidak lain mengubah atau memindahkan suatu
jumlah rupiah dari rekening yang satu ke rekening yang lain. Agar pemindahan
terjadi, diperlukan jurnal yang dinamakan jurnal
penyesuaian (adjusting entries). Sebelum disesuaikan, daftar saldo rekening
belum siap untuk disusun menjadi laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena saldo-saldo
tertentu tidak menggambarkan keadaan atau jumlah yang sesungguhnya jika
didasarkan pada ketiga alasan penyesuaian diatas. Hal-hal yang biasanya
memerluka penyesuaian diantaranya:
a.
Sediaan bahan habis pakai dan semacamnya
yang masih tersisa.
b.
Sediaan barang dagangan yang telah
terjual dan tersisa.
c.
Depresiasi fasilitas fisik.
d.
Taksiran rugi piutang tak tertagih.
e.
Taksiran pajak penghasilan
f.
Pengeluaran yang belum menjadi biaya.
g.
Biaya yang pengeluaran/pembayarannya
belum terjadi.
h.
Penerimaan yang belum dapat diakui
sebagai pendapatan.
i.
Pendapatan yang pembayarannya belum
diterima.
Butir f dan h sering disebut dengan pos-pos transitoris (deferrals) dan butir g dan i sering disebut pos-pos antisipasi (accruals). Karena akuntansi menggunakan periode sebagai
takaran pengukuran laba, konsep penyesuaian dapat digambarkan secara
diagramatis.
Pasangan
Rekening
Karena penyesuaian tidak lebih dari mencatat transaksi
keuangan seperti transaksi sehari-hari maka tiap mencatat penyesuaian selalu
menyangkut paling tidak dua rekening (yang satu didebet dan yang lainnya
dikredit). Juga karena penyesuaian pada umumnya adalah untuk
menetapkan/mengukur pendapatan dan biaya secara tepat maka setiap penyesuaian
selalu menyangkut rekening pendapatan atau biaya. Jadi, pada umumnya
penyesuaian akan melibatkan paling tidak dua rekening yaitu
Aktiva lawan biaya
atau hutang lawan biaya, dan
Aktiva lawan pendapatan atau hutang
lawan pendapatan
Tabel Penyesuaian
dan Pasangannya
Rekening
Penyesuaian: Pasangannya:
a. Penyesuaian bahan habisa pakai:
Sediaan bahan habis pakai Pemakaian bahan
habis pakai
Biaya
bahan habis pakai
b. Penyesuaian bahan dagangan (dalam
perusahaan perdagangan):
Sediaan barang dagangan Kos barang
terjual
Pembelian Harga
pokok penjualan
Potongan pembelian
Retur pembelian
Kos angkut pembelian
c. Penysuaian depresiasi fasilitas
fisik dan aktiva tak berwujud:
Biaya depresiasi Depresiasi
akumulasian
Depresiasi Akumulasi depresiasi
Amortisasi Aktiva
tak berwujud
Deplesi Aktiva
tambang
d. Taksiran rugi piutang macet:
Rugi piutang macet Cadangan
piutang macet
Kerugian piutang Cadangan
kerugian piutang
Biaya kerugian piutang Cadangan
rugi piutang
e. Taksiran hitungan pajak penghasilan:
Taksiran pajak penghasilan Hutang taksiran
pajak
Pajak penghasilan Hutang
pajak penghasilan
Pajak
masih harus dibayar
f. Pengeluaran belum merupakan biaya:
Perskot asuransi Biaya
asuransi
Asuransi dibayar dimuka
Sewa dibayar dimuka Biaya
sewa
Perskot sewa
g. Biaya belum merupakan pengeluaran:
Biaya asuransi Utang biaya
asuransi
Asuransi
masih harus dibayar
Biaya gaji Utang
gaji
Gaji
masih harus dibayar
Biaya bunga Hutang
biaya bunga
Bunga
masih harus dibayar
h. Penerimaan belum menjadi
pendapatan:
Pendapatan sewa diterima dimuka Pendapatan
sewa
Utang
pendapatan sewa
Pendapatan
sewa tangguhan
Pendapatan
bunga diterima dimuka Pendapatan bunga
i. Pendapatan yang belum merupakan
penerimaan:
Piutang
pendapatan sewa Pendapatan sewa
Sewa masih harus diterima
Teknik
Penyesuaian
Karena
penyesuaian tidak lebih dari mencatat transaksi biasa atau rutin maka
sebenarnya tidak ada prosedur istimewah yang harus diikuti. Namun demikian
untuk tujuan internal perusahaan kadang-kadang ada beberapa teknik penyesuaian
yang dapat diterapkan yaitu teknik langsung dan teknik kertas kerja.
1. Teknik Langsung
Dengan teknik ini data penyesuaian
langsung dicatat ke buku jurnal. Tentu saja harus dibuat dulu bukti pembukuan
untuk penyesuaian yang disahkan oleh yang berwenang. Setelah pembukuan
diakunkan, maka daftar saldo yang dihasilkan adalah daftar saldo sesudah
disesuaikan dan siap untuk dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan.
Langkah-langkah penyesuaian akhir tahun dengan teknik ini biasanya adalah:
·
Mengumpulkan data penyesuaian dan
menyiapkan bukti pembukkuan.
·
Menjurnal data penyesuaian atas dasar
bukti pembukuan penyesuaian.
·
Mengakunkian (melakukan posting) jurnal
penyesuaian ke buku besar.
·
Menyusun daftar saldo (otomatis telah
tersesuaikan).
·
Menyusun laporan keuangan.
Daftar
saldo sebelum penyesuaian merupakan salah satu sumber informasi untuk mencari
data penyesuaian. Dengan cara membandingkan daftar saldo dan catatan atau memo
tentang suatu transaksi dapat ditentukan penyesuaian-penyesuaian yang
diperlukan. Dengan mengamati rekening yang sering disesuaikan dan pasangannya
akan dapat segera diketahui apakah perlu ada penyesuaian (bila salah satu
rekening masih kosong, mungkin belum dilakukan penyesuaian). Tabel depresiasi
merupakan salah satu sumber informasi untuk menentukan penyesuaian. Analisis
rekening dan perhitungan fisik sediaan merupakan sumber utama untuk menentukan
adanya penyesuaian. Bila data dan perhitungan penyesuaian telah diperoleh,
langkah berikutnya adalah bagaimana membuat jurnal penyesuaiannya.
Contoh
data penyesuaian dan Jurnalnya
Dalam
contoh ini kolom Debet dan Kredit sudah menunjukan bahwa angka dalam kolom
tersebut menunjukan jumlah rupiah sehingga simbol ‘Rp’ tidak diperlukan lagi.
Dalam hal ini yang diperlukan adalah konsep jurnalnya bukan aspek teknisnya.
Penyesuaian sediaan bahan habis
pakai
Data : Di rekening atau di daftar saldo (belum
disesuaikan), sediaan bahan habis pakai
memuat saldo Rp. 375.000 padahal setelah sediaan dihitung secara fisik bahan
tersebut, sediaan bahan tersebut tinggal Rp. 75.000. Ini berarti bahwa pada
waktu beli bahan perusahaan mencatat sebagai aktiva (dikapitalisasi) dan bukan
sebagai biaya.
Penyesuaian:
Biaya bahan
habis pakai kantor..............................300.000
Sediaan bahan habis
pakai kantor.................... 300.000
Jika jurnal penyesuaian tersebut diakunkan
maka akibatnya adalah sediaan bahan habis pakai akan berkurang menjadi
Rp.75.000 dan biaya bahan habis pakai akan timbul atau bertambah Rp.300.000.
Hal tersebut akan sesuai dengan keadaan sesungguhnya pada saat itu. Bila pada
waktu pembelian bahan habis pakai perusahaa mencatat ke rekening biaya bahan
habis pakai, maka penyesuaian akun akan menjadi seperti:
Sediaan
bahan habis pakai................................ 75.000
Biaya bahan
habis pakai........................ 75.000
Penyesuaian
depresiasi
Data : Depresiasi untuk alat pengangkutan
ditentukan sebesar 10% pertahun. Direkening alat pengangkutan (atau didaftar
saldo), saldo atau ko mula-mula menunjukan jumlah rupiah Rp. 25.000.000.
Penyesuaian:
Biaya
depresiasi alat pengangkutan.........................2.500.000
Akumulasi
depresiasi alat pengangkutan....... 2.500.000
Taksiran Rugi Piutang Macet
Jika pada akhir tahun terdapat piutang dan
piutang tersebut macet atau tidak terbayar pada periode berikutnya maka
perusahaan akan menderita rugi. Akan tetapi rugi tersebut timbul bukan karena
kegiatan tahun berikutnya tetapi timbul karena kegitan tahun berjalan yang
pendapatannya sudah diakui. Oleh karena itu, untuk mengukur laba yang tepat
selayaknyalah kalau rugi tersebut dibebankan pada tahun terjadinya penjualan
atau pendapatan dan bukan dibebankan ketahun berikutnya. Namun karena rugi
tersebut belum terjadi maka perusahaan terpaksa harus menaksir rugi tersebut dan
memperhitungkan rugi tersebut sebagai biaya tahun sekarang. Jika rugi tersebut
cukup akan terjadi maka sebenarnya besarnya (nilai) piutang pada akhir tahun
sudah berkurang sebesar taksiran rugi tersebut.
Akan tetapi karena belum tahu piutang siapa yang tidak akan terbayar
maka terpaksa diadakan rekening cadangan yang disebut dengan Cadangan rugi piutang (allowance for
bad debts atau allowance for uncollctible accounts). Rekening ini merupakan
rekening kontra piutang untuk mengurangi nilai piutang sehingga piutang
menunjukan nilai yang benar-benar dapat terbayar (terealisasi). Taksiran rugi
didasarkan pada pengalaman perusahaan masa lalu.
Data : Kerugian piutang untuk tahun ini ditentukan sebesar
2,5% penjualan bersih. (Penjualan bersih di daftar saldo sebesar Rp.7.850.000)
Penyesuaian:
Rugi piutang macet...................................................
196.250
Cadangan
rugi piutang.................................. 196.250
Taksiran pajak penghasilan
Pemilik berkepentingan dengan kekayaan bersih
yang tertanam dalam perusahaan. Oleh karena itu, pajak yang harus dibayar
perusahaan meskipun belum waktunya untuk dibayar harus tetap ditunjukan dalam
laporan keuangan dan harus ditunjukan dalam laporan keuangan dan harus
ditunjukan pengaruhnya terhadap laba untuk memperoleh informasi laba bersih
yang menjadi hak pemilik. Walaupun belum waktunya dibayar kalau sudah cukup
pasti bahwa perusahaan harus membayar pajak maka pajak tersebut harus ditaksir
dan pajak yang harus dibayar merupakan hitang bagi perusahaan.
Data : Pajak penghasilan ditaksir sebesar 15% laba
sebelum pajak. Setelah dihitung laba sebelum pajak berjumlah Rp.2.200.000.
Penyesuaian :
Pajak penghasilan...............................................
330.000
Hutang pajak
penghasilan......................... 330.000
Pengeluaran
belum menjadi biaya
Data : Direkening perskot sewa terdapat saldo
sebesar Rp.4.800.000. Ternyata perskot ini adalah untuk 4 tahun dan untuk tahun
ini biaya sewa diperhitungkan hanya sebesar
Rp.1.200.000. Dalam hal ini, jika perusahaan membayar sewa maka
perusahaan selalu mencatatnya sebagai perskot atau biaya dibayar dimuka
(aktiva).
Penyesuaian :
Biaya sewa..........................................................1.200.000
Perskot
sewa................................................. 1.200.000
Bila
pada waktu membayar sewa perusahaan mencatat sebagai biaya sewa (di rekening
biaya sewa), maka sebelum disesuaikan terdapat rekening Biaya sewa dengan
jumlah Rp.4.800.000. Dengan demikian, penyesuaiannya akan dibuat seperti
berikut:
Perskot
sewa........................................................3.600.000
Biaya
sewa............................................ 3.600.000
Cara manapun yang dianut
perusahaan untuk mencatat, setelah penyesuaian kedua cara tersebut harus
menimbulkan hasil yang sama. Dalam hal ini hasil akhir adalah adanya biaya sewa
sebesar Rp.1.200.000 dan perskot sewa sebesar Rp.3.600.000.
Biaya belum merupakan pengeluaran
Data
: Perusahaan menyewakan gudang yang
menganggur selama 6 bulan mulai 1 November 2012. Pada 1 November 2012 tersebut
perusahaan menerima seluruh uang sewa untuk 6 bulan sebesar Rp. 1.050.000. (Tarif
sewa per bulan Rp.175.000). Periode akuntansi perusahaan adalah 1 Januari
sampai dengan 31 Desember. Pada waktu menerima uang perusahaan menerima uang
sewa tersebut, perusahaan mencatat sebagai berikut.
Kas...................................................................
1.050.000
Pendapatan
sewa......................................... 1.050.000
Penyesuaian
:
Pendapatan sewa...............................................700.000
Sewa
diterima dimuka................................. 700.000
Bila
pada waktu menerima uang sewa tersebut perusahaan mendebet kas dan mengkredit
sewa diterima dimuka (sebagai hutang) maka penyesuaiannya adalah:
Sewa diterima di
muka........................................... 350.000
Pendapatan
sewa....................................... 350.000
Pendapatan belum merupakan
penerimaan
Data
: Tahun buku perusahaan adalah tahun
kalender. Perusahaan memiliki investasi obligasi sebesar Rp.1.800.000. Obligasi
tersebut menghasilkan bunga 10% per tahun dibayar setiap enam bulan pada
tanggal 1 September dan 1 Maret. Terakhir perusahaan menerima pendapatan bunga
adalah 1 September 2012. Jadi, perusahaan harus mencatat/mengakui pendapatan
bunga untuk periode 1 September sampai 31 Desember 2012 walaupun belum menerima
uangnya.
Penyesuaian
:
Piutang pendapatan bunga..........................................
60.000
Pendapatan
bunga.............................................. 60.000
2.
Teknik
Kertas Kerja
Dengan teknik ini data
penyesuaian tidak langsung dijurnal tetapi dimasukkan terlebih dahulu kedalam
kertas kerja (sering disebut neraca lajur). Untuk melihat secara langsung
akibat penyesuaian tersebut. Juga kadang-kadang teknik ini digunakan untuk
menghindari adanya kesalahan dalam melakukan penyesuaian. Setelah kertas kerja
selesai disetujui oleh yang berwenang maka laporan keuangan dapat langsung
disusun tanpa harus menunggu penjurnalan data penyesuaian. Jadi pada saat
laporan telah tersusun, barangkali buku besar belum sesuai dengan apa yang terdapat
dalam laporan keuangan sebelum data penyesuaian dijurnal dan diakunkan. Oleh
karena itu, teknik ini sering disebut juga dengan teknik penyesuaian proforma.
Kertas kerja yang dimaksud
disini tidak lain adalah kertas formulir yang berisi kolom-kolom yang digunakan
untuk mengikhtisarkan saldo-saldo rekening perusahaan untuk keperluan
penyusunan laporan keuangan. Dengan kertas kerja ini, semua saldo rekening yang
ada dan penyesuaiannya dapat digambarkan dalam satu halaman kertas sehingga
pengaruh dan hubungan antara rekening dapat dianalisis untuk kepentingan
penyusun laporan. Dalam praktiknya, perusahaan biasanya sudah mempunyai
formulir kertas kerja ini yang sudah dicetak lengkap dengan cetakan rekening
dan kodenya sehingga apa yang harus dikerjakan adalah tinggal mengisi kertas
kerja tersebut dengan jumlah-jumlah rupiah yang relevan.
Prosedur dan teknik penyesuaian
dengan kertas kerja dapat diringkas sebagaimana nampak berikut ini:
a. Mengumpulkan
data penyesuaian
b. Menyiapkan
kertas kerja dengan cara memindahkan saldo yang ada di buku besar (belum
disesuaikan) ke kertas kerja.
c. Mencatat
(seakan-akan menjurnal) data atau jumlah penyesuaian ke kertas kerja di kolom
yang sesuai
d. Menyelesaikan
kertas kerja sehingga diperoleh jumlah rupiah tiap rekening yang telah
disesuaikan .
e. Meminta
persetujuan pihak yang berwenang apakah kertas kerja tersebut telah dinyatakan
benar dan sah
f.
Menyusun laporan keuangan berdasarkan
kertas kerja
g. Menjurnalkan
data penyesuaian ke buku resmi (jurnal dan buku besar) sehingga angka dalam
buku besar menjadi sesuai dengan yang ada dilaporan keuangan.
Teknik kertas kerja biasanya
lebih unggul dibandingkan dengan teknik langsung oleh karena laporan keuangan
dapat disusun dengan cepat tanpa harus menunggu pembukuan resmi. Biasanya
pembukuan resmi memakan waktu yang cukup lama sehingga laporan keuangan dapat
terlambat.
Jurnal Koreksi
Walaupun
sistem akuntansi sudah dirancang dengan baik dan buku pedoman telah dibuat
dengan jelas, terkadang masih juga terjadi kesalahan dalam mencatat bahakan
dengan penggunaan komputer sekalipun. Ada berbagai macam kesalahan yang dapat
terjadi. Kesalahan tersebut ialah kesalahan dalam membuat jurnal dan jurnal
yang salah tersebut sudah terlanjur diakunkan.
Jurnal koreksi adalah jurnal
yang dibuat untuk mengoreksi kesalahan yang ditemukan selama periode pembukuan
sehingga kalau jurnal tersebut diakunkan maka rekening-rekening dan saldo yang
keliru secara otomatis menjadi benar (bebas dari kesalahan). Dengan kata lain,
akibat jurnal koreksi tersebut daftar saldo yang dihasilkan akan bebas dari
kesalahan baik kesalahan klasifikasi maupun kesalahan jumlah rupiah.
Ø Jenis Kesalahan
·
Kesalahan nama rekening.
·
Kesalahan rekening dalam pengakuan.
·
Kesalahan jurnal rupiah akibat:
o
Digit tertukar tempat (transposition)
o
Kesalahan desimal (transplacement)
o
Kesalahan baca (misreading)
o
Kesalahan hitung (Miscalculation)
o
Kesalahan tekan tombol (mistype),
misalnya dalam sistem komputer
·
Kombinasi berbagai kesalahan diatas.
Akibat kesalahan diatas
tentunya angka laporan keuangan juga akan menjadi ikut salah dan tidak dapat
dipercaya lagi. Oleh karena itu, koreksi perlu dilakukan. Jurnal koreksi
diperlukan hanya untuk kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan jurnal yang
sudah terlanjur diakunkan.
Ø Alasan Koreksi Dengan Jurnal
Pada
prinsipnya kesalahan jurnal hanya dapat dikoreksi dengan jurnal pula. Adapun
alasan yang diperlukan jurnal koreksi adalah:
a.
Kesalahan ditemukan setelah transaksi
bersangkutan diakunkan sehigga untuk mengubah angka tidak dimungkinkan lagi
tanpa harus mengubah semua angka yang timbul setelah kesalahan tercatat dalam
rekening. Mengubah semua angka atau jumlah dalam rekening jelas tidak mungkin
karena disamping tidak praktis, menghapus/mengganti angka yang sudag tercatat
bukan merupakan praktik yang baik/sehat.
b.
Merupakan praktik yang sehat untuk tidak
menghapus kesalahan yang terlanjut tercatat agar penghapusan (misalnya dengan
tipe-x) tidak disangka sebagai kecurangan atau agar tidak menimbulkan keraguan
terhadap angka yang dihapus dan ditumpangi dengan angka yang baru.
c.
Sistem pencatatan menggunakan komputer
sehingga kesalahan hanya dapat dikoreksi dengan membuat jurnal koreksi dan
memasukkan data koreksi ke dalam komputer.
Reff: Suwardjono; Akuntansi Pengantar. Yogjakarta; BPFE-YOGJAKARTA., 1996.