Awal mula saya berniat menulis artikel opini adalah isi
dari sebuah buku yang memuat 1 paragraf mengenai Islam, sebagai pemeluk Islam
saya ingin meluruskan opini yang salah dalam paragraf tersebut. Beberapa tahun
yang lalu saya dihadiahi sebuah buku oleh seorang teman, teman saya yang sangat
tahu jika saya menyukai hal-hal yang menantang dan tidak biasa. Buku skala
international tersebut berjudul Super Freakonomics yang terbit pada tahun 2010
di Indonesia, buku duet penulis ini ditulis oleh Steven D. Levit seorang profesor ekonomi di Universitas of
Chicago dan Stephen J. Dubner mantan penulis dan editor di The New York Times
Magazine. Buku Super Freakonomics ini menurut saya sangat menarik dan berani.
Didalamnya berisikan kisah-kisah, teori, dan berbagai macam fakta yang terjadi
di dunia namun tidak semua orang menganggap jika hal-hal tersebut adalah hal
yang aneh. Setiap lembar demi lembar saya membaca buku ini, logika saya tergerak
untuk mengatakan ‘Oh iya bener juga ya’, bisa dibilang buku ini menjadi
inspirasi saya untuk melakukan searching pada kejadian-kejadian didunia yang
terjadi sebelum saya lahir dan tidak banyak diketahui oleh masyarakat dunia
(atau mungkin sudah dilupakan).
Ketika saya memasuki bab ke 2 pada halaman 67 dalam buku
tersebut, saya membaca judul bab yang sangat menarik yaitu ‘Mengapa Pelaku Bom
Bunuh Diri Seharusnya Ikut Asuransi Jiwa’. Pembahasan pertama pada bab ini
adalah mengenai kelahiran bayi dan mitos dahulu tentang bulan-bulan yang
beresiko bagi kelahiran dalam tahun tertentu. Masuk pada paragraf ke-6 saya
membaca kutipan opini mengenai Islam yang jujur saja ini membuat saya
tercengang ketika membaca kalimat ke-4 dan kalimat ke-5 pada paragraf 6
tersebut. Isi dalam paragraf 6 itu adalah;
“Islam menggunakan kalender yang mengacu kepada pergerakan bulan, maka bulan Ramadan dimulai lebih awal setiap tahun. Dalam tahun 2009, bulan ini dimulai dari 21 Agustus hingga 19 September, yang menjadikan bulan Mei 2010 bulan paling tidak menguntungkan untuk kelahiran bayi. Tiga tahun kemudian, dengan Ramadan dimulai pada 20 Juli, April akan menjadi bulan kelahiran paling beresiko. Resiko itu diperbesar ketika Ramadan jatuh dalam musim panas karena panjang siang lebih lama. Karena itu, perempuan hamil mengalami masa tanpa makanan dan minuman yang lebih panjang. ...........”
Kalimat ke-4 dan
ke-5 dalam paragraf tersebut kurang lebih mengartikan bahwa dalam Islam wanita
yang sedang hamil diwajibkan melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadan sehingga
menyebabkan kelahiran yang beresiko pada wanita dan anaknya. Yang perlu saya
luruskan dalam paragraf ini adalah Islam tidak mewajibkan umatnya melakukan
ibadah puasa dalam keadaan;
- Balita
- Manula
- Wanita dalam keadaan hamilWanita yang sedang menyusui
- Wanita yang sedang dalam masa period (menstruasi)
- Orang yang sedang dalam keadaan sakit
- Orang yang sedang dalam perjalanan yang sangat jauh
Untuk
poin 5, 6, dan 7 orang tersebut tetap harus mengganti puasa jika keadaannya
sudah memungkinkan pada saat setelah bulan Ramadan berakhir.
Bukan
hanya puasa yang tidak diberatkan untuk keadaan-keadaan tertentu, namun juga
shalat yang wajib dilakukan setiap hari dalam keadaan tertentu tidak dipaksakan
untuk melakukan sesuai dengan prosedurnya. Misalnya ketika dalam keadaan krisis
air, untuk wudhu dapat dilakukan tanpa menggunakan air, namun bisa digantikan
dengan debu yang bersih (debu diatas lemari, debu pada dinding). Selain itu
jika seseorang sakit atau tidak bisa menggerakan tubuhnya shalat juga bisa
dilakukan dengan keadaan berbaring yaitu dilakukan dengan berdoa didalam hati.
Allah
sama sekali tidak mewajibkan umatNya untuk melakukan hal-hal yang tidak sanggup
mereka lakukan! Al-quran dan Hadist berisikan hal-hal yang masuk akal, jadi
tidak ada aturan dalam Islam yang menyulitkan manusia dan alam
semesta.
Penulis
seharusnya melakukan penelitian yang dalam dan pengkajian terlebih dahulu
sebelum menulis data dan kesimpulan mengenai suatu kejadian. Karena tulisan
yang ia publish kemudian akan dibaca oleh masyarakat luas, jangan menulis
sesuatu yang menyinggung atau tidak sesuai dengan kenyataan pada golongan
tertentu. Karena apapun yang dipublikasi akan memberikan dampak stimulus bagi
masyarakat luas dikemudian hari.
--Saya bukan ahli agama, penghafal kitab dll saya hanya penulis biasa yang ingin meluruskan opini yang salah dengan pengkajian.--