Minggu, 28 Desember 2014

Krisis Software dan Perilaku Ditengah Era Teknologi


Krisis Perangkat Lunak (Software Crisis)
            Pada jaman dimana masyarakat belum mengenal internet dan terbatasnya pengetahuan tentang teknologi, sangat terasa betapa sulitnya untuk memiliki dan menggunakan software. Ilmu pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan software tidak dimiliki oleh semua orang pada jaman ini, karena pengetahuan mengembangkan software hanya dimiliki oleh perguruan tinggi yang pada saat itu sudah menggunakan komputer yang sudah memiliki turbo pascal (bahasa pemrograman). Kurangnya ilmu pengetahuan, kurang pesatnya penyebaran informasi, dan mahalnya harga suatu software menjadi penyebab utama terjadinya krisis. Krisis ini dapat dikatakan sebagai krisis keterbatasan software. Perkembangan teknologi terasa sangat lambat dijaman ini karena keterbatasan tersebut, hingga saat dimana sistem operasi yang sebelumnya DOS dan UNIX bergeser menjadi Windows dan Linux yang cara penggunaanya pun lebih sederhana dibandingkan sistem operasi sebelumnya. Dengan terus berkembangnya Windows dan Linux kemudian muncul secara bertahap software dimana sistem operasi dapat terhubung dengan informasi, dan komunikasi (e-mail) yaitu Browser. Meskipun kemunculan Browser menandai kemajuan teknologi yang cukup baik, namun tidak semua masyarakat dapat merasakannya karena faktor ekonomi, software dan komputer pada jaman ini pun masih terbilang cukup mahal bagi beberapa kalangan masyarakat.
            Berbeda dengan jaman sebelum masyarakat mengenal teknologi, mungkin masyarakat di jaman modern mengatakan bahwa software adalah sesuatu yang mudah untuk didapatkan mulai dari software gratis (freeware), percobaan (trial), berbayar (commercial) sampai dengan software yang disewakan secara online melalui web tertentu. Cara mendapatkan software pun tidak sulit dan sangat beragam seperti memesannya melalui situs tertentu, mengunduhnya melalui beberapa situs, mendapatkan melalui dvd/cd yang dijual luas, hingga membeli atau mengunduhnya melalui beberapa market yang memang sudah tersedia saat ini (Google playstore, Nokia ovi, iTunes, Blackberry world). Legalitas untuk mendapatkannya pun bukan lagi menjadi pandangan yang penting bagi para pengguna, karena beberapa software commercial banyak dijumpai dalam bentuk freeware atau biasa juga dikatakan sebagai software bajakan. Dalam era modern ini software sudah menjadi konsumsi wajib masyarakat, terlebih dengan berkembang pesatnya teknologi. Mulai dari teknologi mobile, internet, bahkan dari televisi dimana grafis yang didalam tampilannya adalah rekayasa grafis software.
            Namun, dijaman modern ini bagi kalangan pengembang software dapat dikatakan cukup sulit. Karena sebenarnya saat ini kita sedang berada didalam era krisis. Era krisis yang dimaksud bukan disebabkan karena kekurangan software seperti yang terjadi pada jaman sebelum internet diperkenalkan, tetapi sebaliknya. Krisis software ini disebakan oleh kelebihan dalam sisi kompleksitas, ketersediaan yang berlebih (information over flood), estimasi jadwal dan biaya yang sering kali tidak tepat, dan kualitas software yang kurang baik (ditandai dengan banyaknya bug). Selain itu sebenarnya bukan hanya pengembang yang mengalami krisis dalam hal ini, masyarakat pun secara tidak langsung mengalami dampaknya meskipun tidak dirasakan dengan jelas. Seperti seorang mahasiswa yang bingung memilih antivirus apa yang baik untuk komputernya, syndrom multi-account oleh para pengguna social media yang terkadang menjadi spam (contohnya satu orang yang memiliki lebih dari tiga akun), hingga menjadi perang psikis bagi anak dibawah umur jika menggunkan software secara berlebihan dan diluar pengawasan orang tua (misalnya bermain game di tablet hingga lupa waktu belajar dan bermain diluar).

Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering)
            Software Engineering atau biasa disebut dengan Rekayasa Perangkat lunak merupakan penerapan suatu pendekatan yang sistematis, disiplin dan terkuantifikasi atas pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan perangkat lunak, serta studi atas pendekatan-pendekatan tersebut, yaitu penerapan pendekatan engineering atas suatu perangkat lunak. Software Engineering dapat menjadi suatu solusi untuk mengatasi krisis software yang sedang dialami saat ini karena pada dasarnya krisis software ini memerlukan pendekatan optimal yang dapat dilakukan melalui software engineering ini. Dalam software engineering terdapat tiga komponen yaitu
  • Proses, yaitu hal-hal yang mungkin dilakukan oleh pengembang demi mewujudkan kualitas yang baik dalam software yang dikembangkan. Hal yang sangat menentukan pemilihan suatu proses yang tepat adalah sumber daya (resources), biaya (budget), dan waktu yang dibutuhkan (time).
  • Metode, yaitu langkah-langkah teknis yang mungkin dilakukan bagi pengembang untuk mengembangkan softwarenya. Dapat dikatakan juga bahwa metode merupakan  aksi-aksi yang dilakukan, biasanya metode dilakukan berdasarkan pada proses sebagai dasarnya.
  • Tools, yaitu perangkat bantu atau cutting edge yang digunakan pengembang untuk mengembangkan software agar lebih mudah dan tools ini harus sangat disesuaikan dengan kemampuan tim dan tools haruslah benar-benar dibutuhkan tim dalam mengembangkan. Jangan sampai tools menjadi sesuatu yang membuat bingung. Misalnya dari sekian banyak IDE, pilih dengan tepat perangkat mana yang sesuai dengan project yang akan dikerjakan.

            Software yang baik adalah software yang bekerja dan dapat digunakan oleh pengguna sebagaimana mestinya. Yang dimaksud bekerja sebagaimana mestinya yang dimaksud disini adalah software dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun demikian, bukan hanya sekedar software tersebut sesuai dengan kebutuhan pengguna pada saat itu tapi juga bagaimana software tersebut dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan adanya software engineering ini, pengembang akan lebih mudah mengembangkan softwarenya sesuai dengan kualitas dan kebutuhan pengguna.

Krisis Perilaku dan Pertahanan Tradisi Ditengah Era Teknologi
            Jika software engineering merupakan metode yang dapat menjadi solusi dari krisis software. Apakah ada metode yang dapat dijadikan solusi untuk krisis budaya dan kebiasaan masyarakat? Dengan berkembang pesatnya suatu teknologi juga diikuti dengan berkembangnya intelektualitas dan individualitas masyarakat, kemudian terbentuklah suatu kebiasaan baru yang menjadikan pola budaya masyarakat berubah bahkan secara drastis. Misalnya, dulu sebelum software-software sosial media berkembang dengan pesat seperti saat ini, seorang penumpang angkutan umum masih melakukan interaksi dengan penumpang lain. Interaksi yang dilakukan pun beragam mulai dari menanyakan arah tujuan terakhir angkutan tersebut hingga hanya sekedar mengobrol. Berbeda dengan era saat ini, seorang penumpang angkutan umum lebih banyak melakukan interaksi dengan ponselnya dibandingkan dengan dengan manusia yang ada disekitarnya, jika pada saat itu ada orang asing yang mencoba berinteraksi dengannya mungkin yang terlintas dipikiran orang tersebut adalah ‘Apakah orang ini pencuri? Apakah orang ini berniat jahat?’. Penyebab pikiran buruk seperti itu didasari oleh apa yang ditampilkan oleh media mengenai kejahatan ditempat umum, dimana media menampilkan informasi tersebut melalui sebuah software. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai krisis perilaku.
            Bukan software mungkin penyebab utama krisis perilaku, tetapi bagaimana pola pikir masyarakat itu sendiri yang menjadikan software tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Awal mula diciptakannya software chatroom seperti line, bbm, whatsapp adalah untuk mempermudah komunikasi dan interaksi antara pengguna yang satu dengan pengguna yang lain. Betapa mulianya tujuan tersebut karena software dapat menjadikan silaturahmi tidak terputus, tapi tidak disangka dibalik hal tersebut juga terdapat hal tidak baik, misalnya pengguna hanya terfokus pada software yang digunakannya untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau keluarga dibandingkan dengan fokus dengan apa yang terjadi disekelilingnya (penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas). Kemudian banyaknya kejahatan-kejahatan terjadi mungkin juga karena tidak digunakannya software sebagaimana mestinya, misalnya sebuah smartphone terbaru diluncurkan dengan berbagai macam kecanggihannya tentu saja akan menarik perhatian banyak kalangan, pengembang mempublish peluncurannya melalui televisi, seorang remaja dengan ekonomi menengah kebawah tertarik dan ingin membelinya namum tidak memiliki uang, dua hal yang mungkin terjadi pertama ia bersabar dan mengurungkan niatnya, kedua ia akan melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya. Segala cara yang mungkin ia lakukan pun beragam mulai dari bekerja keras, menabung, atau bahkan terburuk adalah mencuri.
            Perkembangan teknologi software merupakan salah satu tanda dari sebuah modernisasi. Modernisasi yang pada akhirnya menjadikan masyarakat menjadi individual, dan maraknya kejahatan demi mendapakan gaya hidup modern, namun dengan mempertahankan tradisi dapat menjadi solusi praktis untuk mencegah individualisme yang berlebih dan kejahatan ditengah era modern ini. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Berkembangnya software terkadang menjadi konflik dalam beberapa kalangan masyarakat, seperti berkembangnya software untuk mengakses audio dan video yang disalah gunakan oleh beberapa pengguna untuk mengakses video porno, kemudian menjadi pertentangan oleh beberapa komunitas agama dan terjadi sebuah konflik yang tidak jarang konfik tersebut akan berkembang jika tidak diatasi dengan cara yang benar.

            Namun demikian, ada beberapa pengembang yang memikirkan bagaimana agar software dapat terus berkembang pesat namun tidak mengubah tradisi yang ada dalam masyarakat. Misalnya Al-quran dalam bentuk .APK dimana Al-quran ini biasanya juga disediakan dalam bentuk audio, software  ini sangat membantu pengguna mempertahankan tradisi mengaji meskipun sedang dalam perjalanan. Jika tradisi dan perkembangan software dapat dijalankan dengan seimbang maka tidak akan ada konflik dan kejahatan. Software dan pengembangannya bukan suatu kesalahan, karena dalam pengembangan software merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memerlukan logika. Mengikuti tradisi bukan berarti berhenti untuk berkembang untuk lebih maju, tetapi perlu adanya pengkajian dalam masyarakat untuk mengimbangi antara kebutuhan dengan keinginan. Software dapat menjadi kebutuhan ketika software digunakan sebagaimana ia seharusnya digunakan dan software hanya menjadi keinginan ketika pengguna tidak benar-benar membutuhkan software tersebut untuk keperluannya (seperti anak 3 tahun yang sebenarnya tidak perlu diberikan tablet karena boneka<tradisi mainan anak> adalah kebutuhannya, bukan sebuah tablet<teknologi> dengan radiasi yang belum tentu dapat direspon dengan baik oleh tubuhnya).

Selasa, 23 Desember 2014

Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)



            Orang awam biasanya mencampur adukkan pengertian fear, phobia, dan anxiety. Semuanya disebut ‘Takut’, tetapi dalam psikiatri dan psikologi ketiga istiilah itu memiliki arti masing-masing. Fear adalah rasa takut (keadaan emosi yang tidak menyenangkan), yang ditimbulkan oleh suatu objek yang jelas dan alasannya pun jelas, atau disebut juga rasa takut yang rasional. Rasa takut ini normal karena pasti ada pada setiap orang yang memiliki akal sehat. Misalnya, takut digigit ular ketika berada dihutan, takut tertabrak mobil ketika menyebrang dijalan, takut pada dosen yang galak atau bahkan takut kepada mertua.

            Fobia adalah rasa takut yang irasional pada suatu objek atau situasi tertentu (menurut Feldman, 2003). Artinya dalam hal ini objeknya memang jelas, tetepi alasannya tidak jelas atau tidak masuk akal. Misalnya takut gelap, takut pada kecoa, takut berada ditempat yang ramai, takut dalam ruangan yang tertutup dll. Fobia tergolong dalam gangguan mental karena takut dalam fobia ini tidak rasional, menetap dan sangat intens (ditandai juga dengan gejala fisik seperti sesak napas, menjerit histeris dsb) yang ditunjukan kepada situasi, benda, suatu kegiatan, atau orang tertentu. Selama hal yang ditakuti tidak ada maka orang tersebut akan bersikap biasa-biasa saja(normal).Dengan kata lain, penderita fobia masih bisa mengontrol ketakutannya dengan cara menghindari objek yang ditakutinya. Ada banyak jenis fobia yang dapat di lihat di http://phobialist.com karena setiap fobia terhadap suatu hal memiliki namanya sendiri-sendiri, tergantung kepada hal atau benda apa yang menjadi sasaran fobia tersebut.

            Anxiety atau cemas adalah rasa takut yang tidak jelas alasannya dan tidak jelas pula objeknya. Pada orang normal yang sering terjadi rasa cemas yang normal. Misalnya, seorang ibu yang selalu cemas anak gadisnya pulang terlalu malam dengan teman-temannya, ia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada anaknya. Apa yang si ibu khawatirkan tidak tau pasti, mungkin karena ia sering membaca koran atau berita tentang pemerkosaan. Padaha, selama ini anak gadisnya selalu pulang dengan selamat. Kalau hanya sekedar khawatir, masih tergolong dalam rasa takut yang rasional. Tetapi kalau rasa takutnya itu sudah ditandai dengan gejala-gejala fisik dan emosi yang intensif seperti keluar kerinagt dingin, jantung berdebar-debar, sakit kepala, darah tinggi naik, gelisah dsb maka kekhawatiran tersebut sudah digolongkan dalam kecemasan. Jika kecemasan ini berlanjut secara terus menerus dan menjadi kronis bisa jadi akan menimbulkan fatigue (kelelahan mental), dan depresi. Oleh karena itu, kecemasan selalu disertai dengan gejala atau sindrom depresi, tetapi tidak semua depresi disebabkan oleh kecemasan. Jadi, kecemasan yang kronis memerlukan bantuan ahli untuk mengatasinya.

            Kecemasan juga bisa berawal dari sejak berusia anak-anak dan berkembang tahap demi tahap. Misalnya, kecemasan yang timbul karena sejak kecil sering dikunci dikamar sendirian sementara ibunya berbelanja. Disisi lain kecemasan juga bisa terjadi setelah suatu peristiwa yang menimbulkan suatu trauma mental. Pasca bencana tsunami 2004 diaceh misalnya, banyak dari penduduk aceh yang selamat dari peristiwa itu mengalami kecemasan yang berat. Begitu juga pasca gempa bumi atau bahkan pasca perang. Penderita kecemasan pasca-peristiwa traumatis ini memiliki sebutan khusus yaitu PTSD (posttraumatic stress disorder). Dan bagi mereka, para pakar psikologi telah mengembangkan berbagai teknik psikoterapi yang dasarnya adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy) untuk orang dewasa dan bermain untuk anak-anak. Untuk kecemasan diluar PTSD terkadang psikiater memberikan juga obat-obatan, karena ada kemungkinan dari faktor neurologis terhadap timbulnya kecemasan itu. Tapi pada kenyataannya sangat sedikit atau bahkan hampir tidak ada penderita kecemasan yang disebabkan murni oleh faktor neurologis. Hampir semua disebabkan oleh faktor psiko-sosial dan lingkungan.


This entry was posted in

Trauma dan Perubahan



            Sifat traumatis dari perubahan mungkin didukung oleh sejumlah rintangan sosial dan psikologis terhadap perubahan. Rintangan sosial dan psikologis ini dapat dipandang sebagai mekanisme pertahanan melawan trauma perubahan. Ada berbagai cara yang dilakukan orang untuk melawan suatu perubahan, setiap agen perubahan mengalami berbagi masalah diluar sana jika mencoba menjuruskan orang lain ke arah yang baru. Didalam kasus tertentu, sistem nilai itu sendiri ternyata memiliki kekuatan melawan terhadap setiap perubahan. Contohnya, nilai mungkin meminimalkan arti penting aspirasi material atau meremehkan aspek kultural lain, atau bahkan memerlukan hubungan antar-pribadi dan antar-kelompok yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat modern. Sikap tertentu juga merintangi perubahan. Pembangunan ekonomi akan menghambat kecuali jika setiap orang mempelajari sikap bersedia untuk bekerjasama, menghendaki kemajuan, menghargai pekerjaan tangan dsb. Bahkan perubahan yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pemeliharaan kesehatan sekalipun, mungkin menghadapi rintangan karena sikap tradisional, misalnya mengenai soal kesopanan wanita yang diperiksa oleh dokter laki-laki di poliklinik KB.

            Ada sejumlah alasan yang merintangi perubahan. Tetapi tidak satu pun diantara alasan ini yang berkaitan dengan trauma yang sesungguhnya terhadap perubahan. Asumsi yang menyatakan bahwa trauma lebih sering diciptakan oleh perubahan , dan asumsi yang memberikan penilaian negatif terhadap perubahan mungkin merupakan asumsi yang menonjolkan stabilitas dan ketenangan sebagai keadaan yang wajar dan diinginikan oleh manusia. Tetapi kekeliruan mitos ini jelas terlihat dari sisi pengamatan asumsi bersangkutan, bahwa perubahan diterima dengan baik, diprakarsai oleh manusia itu sendiri. Jika orang jelas menentang perubahan pada waktu tertentu, maka jelas orang itu akan menilainya baik pada waktu lain. Contohnya, sering diasumsikan bahwa salah satu masalah pelik industrialisasi mayarakat tradisional adalah dalam menjamin tanggung jawab tenaga kerja industri. Orang telah mengetahui bahwa sekali-sekali akan mengalami kekecewaan bekerja dipabrik. Namun tanggung jawab terhadap perubahan industri tidak selalu menjadi masalah. Sebuah studi yang menunjukan bahwa integrasi pabrik ke dalam komunitas tradisional dapat berlangsung dalam proses  relatif lancar. Industrialisasi bukanlah rintangan yang tak terelakkan dan bukan kesenjangan yang melekat pada kebudayaan tradisional. Hanya jika kita berasumsi bahwa pabrik di Asia, Afrika atau di Amerika Latin harus beroperasi persis seperti dipabrik di AS, maka kita akan berhadapan dengan perkara rintangan yang serius.


            Semakin besar tingkat perubahan sosial yang dibayangkan, semakin tinggi tingkat kegelisahan koresponden. Kolerasi ini rendah, jika perubahan didefinisikan sebagai sesuatu yang dikehendaki. Riset yang dilakukan oleh Vinohur dan Selzer menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan kehidupan yang menumpuk berhubungan langsung dengan ketegangan mental dan kesusahan pikiran yang dilaporkan oleh penderitanya sendiri. Tingkat perubahan yang tinggi ternyata menimbulkan ketegangan yang lebih besar dibanding tingkat perubahan yang rendah, namun keteganag hebat terjadi jika perubahan dibayangkan baik cepat maupun tidak dikehendaki.Tingkat perubahan yang optimal telah dikemuka kan oleh Starbuch, ia menunjukan bahwa anggota organisasi tidak akan menjadi bahagia apabila berada didalam lingkungan yang terlalu stabil maupun lingkungan yang terlalu berubah-ubah. Sedangkan Seindenberg menulis mengenai trauma yang ditimbulkan ketiadaan persaingan yaitu situasi dimana tidak ada persaingan yang cukup, yang dapat membawa konsekuensi timbulnya trauma. Kurangnya persaingan dari pihak luar dan kurangnya tanggapan yang tepat dari pihak dalam dapat menjadi trauma yang tidak kurang hebatnya dibanding serangan dramatis menentang diri sendiri (ego). Jika perubahan cepat dapat menjadi sumber ketegangan mental, mungkin begitu pula dengan perubahan yang berlangsung terlalu lambat.  
This entry was posted in

Menginternalkan Eksternalitas




            Seorang bernama Dino tinggal disebuah rumah yang indah,  ia membangunnya dengan uangnya sendiri dan pada hari pertama dimusim panas Dino pulang kerumah setelah lelah seharian bekerja. Yang Dino inginkan begitu sampai dirumah adalah beristirayhat dan menyejukan diri.  Maka ia menyalahkan pendingin ruangannya (AC) sampai pada suhu maksimal. Mungkin yang ada didalam pikirannya, ia sadar bahwa bulan depan tagihan listriknya akan bertambah 1-2$. Padahal sebenarnya tagiahan satu sampai dua dolar tersebut tidak cukup baginya untuk menggenjot pendingin ruangannya. Yang tidak terpikir oleh Dino adalah asap hitam dari instalasi pembangkit listrik yang membakar batu bara untuk memanaskan air agar menghasilkan uap bertekanan yang bertugas memutar turbin penggerak generator yang menghasilkan listrik untuk mendinginkan ruangannya.

            Tidak terpikir pula olehnya biaya yang harus ditanggung oleh lingkungan terkait dengan penambahan dan pengangkutan batu bara atau tentang bahaya-bahaya yang ada dibalik kegiatan itu. Di AS lebih dari 100.000 pekerja tambang batu bara telah tewas dalam pekerjaan selama abad yang lalu, dengan sekitar 200.000 pekerja lagi yang meninggal belakangan akibat penyakit paru-paru. Itu semua tadi dianggap eksternalitas. Untungnya, kematian akibat pertambangan telah menurun tajam di AS, sampai ke angka rata-rata sekarang sekitar 35 jiwa pertahun. Akan tetapi jika Dino kebetulan tinggal di RRC, eksternalitas dalam wujud kematian pekerja tambang akan jauh lebih banyak. Kurang lebih sekitar 3.000 pekerja tambang batu bara di RRC yang tewas karena kecelakaan kerja setiap tahunnya.

            Sulit menyalahkan orang seperti Dino hanya karena tidak memikirkan eksternalitas-eksternalitas yang ada. Teknologi modern begitu canggih sehingga sering menghamburkan biaya-biaya yang terkait dengan konsumsi kita. Secara kasatmata, listrik yang mengoperasikan penyejuk udara (AC) yang digunakan Dino tidak kotor sama sekali. Energi itu muncul secara ajaib seperti dalam dongeng. Kalau orang seperti Dino didunia ini hanya beberapa, atau bahkan hanya beberapa juta, tidak seorang pun harus pusing karenanya. Akan tetapi karena populasi dunia dengan pesat menuju 7 miliar, semua eksternalitas tadi tidak dapat diabaikan begitu saja. Lalu siapa yang akan membayar semua itu?

            Pada prinsipnya, ini tidak harus menjadi masalah yang serumit itu. Andai kita tau besar biaya yang dipikul kepundak sendiri setiap kali ada pengendara yang menghabiskan setangki bahan bakar, kita dapat dengan mudah menetapkan pajak yang sesuai kepada sang pengendara. Pajak iti tidak usah sampai membuatnya membatalkan perjalanannya, meskipun ada baiknya demikian. Tujuan pajak itu sebenarnya adalah membuat sang pengemudi sadar tentang biaya keseluruhan aksi-aksinya. Pendapatan yang dihimpun dari pajak-pajak itu selanjutnya dapat dibagikan kepada banyak orang yang menderita akibat perubahan iklim masyarakat yang tinggal didataran rendah (Bangladesh misalnya), yang akan kebanjiran setiap permukaan laut naik secara dramatis. Akan tetapi apabila langkah ini ditempuh untuk memecahkan eksternalitas perubahan iklim adalah melalui pajak, yang kita dapat katakan hanyalah ‘semoga beruntung’.

            Apabila orang tidak merasa wajib membayar biaya keseluruhan akibat aksi-aksi mereka, maka kecil insentif mereka untuk mengubah perilaku. Kembali ke masa dimana kota-kota besar dunia menjadi pengap akibat kotoran-kotoran kuda, orang pun beralih kekendaraan bermotor karena itu lebih baik bagi mereka, dan juga karena mereka memiliki kepentingan ekonomi yang demikian. Saat ini, orang diminta mengunbah perilaku bukan karena itu sesuai dengan kepentingan diri sendiri melainkan lebih ke kepentingan orang lain. Hal ini mungkin yang membuat pemanasan global seolah-oah perkara yang mustahil terpecahkan kecuali semua orang sadar bahwa ini sesuai dengan kepentingan diri sendiri dan berbuat benar bahkan meskipun secara pribadi mereka harus berkorban. 

Jumat, 19 Desember 2014

Gaya Kepemimpinan Barrack Obama



            Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.

Ø Gaya kepemimpinan
1. Otokratis yaitu kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
2. Demokrasi yaitu gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Simbolik yaitu gaya kepemimpinan simbolik biasanya mempunyai ciri bawahan mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, pemimpin hanya memberi pendapat kalau diminta dan tidak ada usaha untuk memuji atau mengkritik bawahan.
4. Kharismatis. Gaya kepemimpinan kharismatis mempunyai ciri seorang pemimpin mempunyai visi yang kuat, bertanggung jawab secara pribadi atas tindakannya serta mempunyai arah, sasaran, keuletan dan kepercayaann kepada bawahannya.
5. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.

            Barack Obama berhasil mencetak sejarah sebagai calon presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat dari partai Demokrat. Senator asal Illinois ini berhasil memenangi persaingan kompetisi calon presiden asal Partai Demokrat melawan Hillary Clinton. Dalam salah satu wawancaranya, Obama mengakui peran internet sangatlah besar di dalam keberhasilan strategi kampanyenya. Dengan internet, Obama dapat menggalang dukungan dan dana yang besar dari para pendukungnya. Bahkan Obama pernah suatu kali dapat mengumpulkan dana kampanye hampir sebesar US$ 1 juta hanya dalam waktu 1 jam melalui internet. Obama berhasil pula memanfaatkan internet untuk membangun hubungan dua arah dengan para pendukungnya. Melalui internet, para pendukung Obama dapat menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada Obama. Dengan pemahaman yang lebih baik terhadap aspirasi rakyat tersebut, tim kampanye Obama berhasil dalam membuat pesan kampanye yang lebih baik dan tepat sasaran. Apa yang dilakukannya dengan membuat website untuk dapat berkomunikasi langsung dengan pendukungnya tersebut adalah salah satu contohnya. 

            Kemauan untuk mendengar Obama ini merupakan salah satu karakteristik dari gaya kepemimpinan melayani (servant leadership). Konsep kepemimpinan melayani sesungguhnya sudah sejak lama dikenal. Tidak seperti gaya kepemimpinan konvensional yang bersifat vertikal yaitu hubungan antara atasan dan bawahan dengan dibatasi hierarki organisasi yang kaku. Gaya kepemimpinan yang melayani sebaliknya mendorong terjadinya kolaborasi, empati, dan kepercayaan antara atasan dan bawahan.Dengan cara ini, organisasi ternyata dapat menjadi lebih berkembang dan mendorong terciptanya kinerja yang mengesankan. Presiden terpilih Barack Obama akan menerapkan gaya kepemimpinan yang hati-hati dan penuh pertimbangan. Dia ingin berbeda dari Presiden George W Bush yang cenderung lebih mengandalkan insting saat mengambil keputusan.
Selama kampanye, dia terus-menerus dikritik soal kurangnya pengalaman di lingkup pemerintahan. Namun, para pengritik itu pun juga harus mengakui gaya kepemimpinannya yang sangat efektif seperti ditunjukkan saat mengelola kampanye. Organisasi kampanye

            Obama terbukti sangat disiplin menangani isu-isu. Sikap dan operasi politik tersebut sedikit banyak menguak tentang gaya kepemimpinan Obama setelah dia dilantik pada 20 Januari. Para anggota tim Obama mengungkapkan, mereka sangat terkesan dengan penampilan kalem sang presiden. Karena sikapnya yang tenang itu, para staf menjulukinya ”No Drama Obama” (Obama Tanpa Drama). Para staf mengatakan, mereka sangat jarang sekali mendengar Obama berbicara dengan nada tinggi. Dia menerapkan cara-cara yang halus saat mengungkapkan ketidakpuasannya pada suatu keputusan. ”Dia memilih orang-orang yang dia percayai, memberi mereka otoritas besar, dan mengendalikan mereka supaya bertanggung jawab. Itulah gaya manajemen Obama,” kata ketua strategi Obama, David Axelrod.

            Selalu Ingin Tahu ”Dia selalu ingin tahu rencana-rencana apa saja untuk mencapai tujuan-tujuan dan tetap meminta pertanggung-jawaban untuk itu.” Axelford termasuk salah satu orang kepercayaan Obama karena cerdas mengemas pesan-pesan politik. Keteguhan hati Obama terbukti membantu mendongkrak dukungan kepadanya saat krisis finansial terjadi pertengahan September lalu. Soal Krisis Finansial Dalam menghadapi krisis finansial itu Obama mengambil tindakan yang berbeda dari rivalnya dari kubu Republik, John McCain. McCain menanggapinya dengan langkah-langkah dramatis, seperti bertekad menangguhkan kampanyenya guna membantu Kongres merundingkan paket bailout finansial dan menyerukan pemecatan kepala Komisi Keamanan dan Pertukaran. Adapun Obama melakukan tindakan yang sebaliknya. Dia mengadakan konferensi pribadi via telepon dengan para pakar seperti mantan direktur Bank Sentral Paul Volcker, mantan Menteri Keuangan Lawrence Summers, dan investor Warren

            Buffett sementara memantau gejolak pasar di Blackberry. Retorikanya pada beberapa hari pertama krisis menyalahkan pemerintahan Bush atas longgarnya pendekatan yang berkaitan dengan pengaturan. Dia juga berusaha mengaitkan McCain dengan kebijakan-kebijakan Bush. Pendekatan Obama tentang kebijakan luar negeri juga hati-hati. Untuk menangani isu-isu berat seperti nuklir Iran, dia berunding dengan tokoh seperti James Steinberg, mantan pembantu Bill Clinton; Dennis Ross, mantan juru runding Timur Tengah; dan mantan senator Sam Nunn, yang dianggap sebagai salah satu pakar kebijakan luar negeri paling hebat dalam partai Demokrat. Dia juga minta pendapat anggota staf seperti Mark Lippert, personel angkatan laut yang bertugas tujuh bulan di Irak. Di satu sisi, Obama yang dikelilingi oleh para penasihat yang pintar dan berkualitas tinggi. Dia pun bisa memilih para anggota kabinet yang bermutu tinggi untuk membantunya dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi pemerintahannya.

            Namun di sisi lain, kepemimpinan Obama yang belum terbukti pun akan diuji oleh krisis ekonomi dunia, penyelesaian Perang Irak dan Afghanistan, serta dia pun harus memenuhi harapan dunia yang sangat tinggi kepada kemenangannya. Selain itu, dia harus "menyenangkan" rekan-rekannya dari kubu Demokrat yang sudah menang telak di Kongres. Mungkin kita bisa melihat bahwa ini "previu" kepemimpinan Obama di Gedung Putih bahwa Obama memang memiliki bakat kepemimpinan dan disiplin yang sangat baik. Kita mungkin bisa yakin itu mampu membantunya dalam menghadapi ujian yang lebih utama lagi: yakni mengembalikan AS sebagai negara yang dihormati, disegani, dan menjadi mitra yang disukai oleh negara-negara lain di dunia.

3 Gaya Kepemimpinan Yang Digunakan Obama Sebagai Seorang Pemimpin Adalah :

1. Offer Change, Salah satu hal yang menonjol dari sepanjang Barack Obama berkampanye adalah slogan-slogan yang selama ini didengungkannya, yakni "Change We Belive In," " Change We Need" hingga "Yes We Can!" . Slogan-slogan tersebut mengindikasikan bahwa ia akan siap untuk memimpin Amerika dalam menghadapi perubahan. Slogan ini seakan-akan menjadi positioning yang powerful, karena memang 'change' adalah apa yang didambakan masyarakat AS saat ini.  AS saat ini didera oleh resesi ekonomi yang mengakibatkan masyarakat menderita, dan mereka ingin perubahan. Kemudian berkenaan dengan perang yang dilancarkan AS terhadap Afghanistan dan Irak, sebenarnya masyarakat AS sendiri banyak yang tidak menyetujuinya. Selanjutnya 'green economy' yang didengungkan Obama, juga menjadi salah harapan 'change' yang bisa menjadikan dunia lebih baik. Intinya, masyarakat AS menginginkan change dalam berbagai aspek kehidupan, dan Obama merupakan representasi yang tepat akan 'change' tersebut.

2. Listening Feedback, Setelah positif memenangkan Pemilihan Umum AS, beberapa hari kemudian Obama mempublikasikan web pemerintahan transisi, yakni change.gov, dimana melalui situs tersebut ia berusaha untuk mengumpulkan suara-suara rakyat. Masyarakat AS, melalui situs tersebut bisa mengirimkan feedback berupa saran maupun kritikan, hingga keinginan mereka AS di masa depan. Mendengarkan feedback adalah habit yang perlu untuk dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena melalui feedback, maka pemimpin dapat memastikan bahwa mereka ada dalam track yang tepat, serta memenuhi kebutuhan dan harapan rakyatnya. 
3. Communication Skill, Skill Obama dalam berkomunikasi tidak perlu diragukan lagi. Ia merupakan orator yang ulung, karismatik dan punya kemampuan dalam meyakinkan massa untuk mempercayainya. Selain dalam berkomunikasi langsung, Obama juga ulung dalam menggunakan komunikasi Web 2.0. Penguasaan Web 2.0 adalah kunci penting kemenangan kampanye Obama, yang meningkatkan popularitasnya secara online. Facebook dan Twitter, merupakan dua tools yang dimanfaatkannya selama kampanye dan berhubungan dengan para supporternya.  Di mungkin datang ke kantor dengan langkah penuh serius, tetapi sehari-hari Barack Obama melakukan pekerjaannya dengan rileks. Sesekali dia menciptakan gurauan dan dia bercakap-cakap dengan ajudannya sebagai ciri seorang eksekutif. Dia mengagumkan saat bertemu wartawan dengan tanpa pemberitahuan. Dia selalu menghabiskan waktu dengan Blackberry dengan tidak menyerah. Bahkan ia pernah terlihat tidak pakai kemeja saat di kantornya, sedangkan George W. Bush terkenal selalu melindungi dan mengikuti aturan. Dan tidak seperti kebiasaan yang dilakukannya terdahulu, Obama sesekali tidak dapat membantu apa yang terjadi. Kemudian ia mencoba merebut tawaran Konggres Republik. Dibalik pintu dia mengatakan kepada mereka untuk merasa bebas "memukulnya" sebelum camera. Dia merasa senang menonton di televisi.
            Semua presiden membawa gaya baru ke Gedung Putih. Tetapi kedatangan Obama telah mengesankan. Bagian dia yaitu lebih muda, dan membawa sebuah keluarga muda dengan dia.  Tetapi, ia hanyalah Obama yang lebih kasual daripada orang yang ia gantikan. Juga yang lebih kasual, Juru bicara Kepresidenan, Robert Gibbs. Dan berbicara tentang terlambat, Obama di Gedung Putih bukanlah yang tepat waktu. Tidak seperti apa yang telah ditatapkan dan dilihat orang yang digantikannya. Padahal seringkali keinginan kaum Demokrat di Kongres bertentangan dengan kepentingan luar negeri AS. Misalnya, tigapuluh sembilan dari empat puluh penandatangan surat kongres AS tentang Papua berasal dari Partai Demokrat. Padahal, Pemerintah AS berusaha menggalang hubungan baik dengan Indonesia untuk membantunya dalam perang melawan terorisme dan ekstrimisme. Keberhasilan Obama ini merupakan contoh dimana pada dasarnya masyarakat semakin mendambakan sosok pemimpin yang tidak hanya berada di ”menara gading” saja. Masyarakat semakin mendambakan sosok pemimpin yang mau mengerti dan melayani kebutuhan mereka.


                                          Adistia Bianca Rizki~~10113209~~2KA23


Kepemimpinan

                                               TEORI ORGANISASI
                                                           UMUM 1




Nama: 1. Adistia Bianca Rizki
            2. DwitaAngraini
            3. Justin Nathanael Jacobs
            4. Pieter GustiPratama
            5. SetiawatiWinaPratiwi
            6. SyarifNurIkhsanuddin
            7. Tiara AnjasHartiningsih M
            8. Wily Orlando
Kelas: 2KA23 (Kelompok 2)



Kepemimpinan
          Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik pemimpin atau pun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

Tipe-tipe Kepemimpinan

Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.

1) Tipe pemimpin Otokratis, yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)

2) Tipe Militeristis, yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan

3) Tipe Paternalistis, yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu

4) Tipe Kharismatis, hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).

5) Tipe Laissez Faire, yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya

6) Tipe Demokratis, yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
•Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
•Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
•Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
•Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.


Teori Kepemimpinan
1. Teori orang-orang terkemuka
            Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2. Teori lingkungan
            Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang  memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan  adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam darir  individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.


3. Teori personal situasional
            Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor,  yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa
yang diharapkan kepada kelompok.

4. Teori interaksi harapan
            Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka  aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak  berinteraksi.

5. Teori humanistik
            Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling  berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan,  nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang  berlangsung.

6. Teori pertukaran
            Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang  cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan  kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala  kewajibannya.

Fungsi kepemimpinan
            Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2. Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
Fungsi pokok pimpinan adalah:
• Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh anggotanya.
• Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin
• Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar
            Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan.
Fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan
b. Pengembangan imajinasi
c. Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d. Pengembangan kesetiaan para bawahan
e. Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana
f. Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g. Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i. Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j. Pertanggungjawaban semua tindakan

Tanggung Jawab Kepemimpinan
            Kepemimpinan yang juga merupakan seni dalam mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan, memerlukan tanggung jawab orang yang berfungsi sebagai pemimpin. Menurut Drs. Hidjirachman Ranupandojo et.AL., dengan mengutip pendapat Robert C. Miljus dalam buku “Effective Leadership and the motivation of Human Resources” (1992:152) mengatakan bahwa tanggung jawab para pemimpin adalah sebagai berikut :
  • Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realitas (dalam artian kuantitas, kualitas, keamanan dan sebagainya)
  • Melengkapai para karyawan dengan sumber-sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
  • Mengkomunikasikan pada karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.
  • Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.
  • Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkunkan.
  • Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.
  • Menilai pelaksanaan pekerjaan yang menkomunikasikan hasilnya.
  • Menunjukan perhatian pada karyawan.

Macam-macam Gaya Kepemimpinan
            Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez faire.

1.Gaya Kepemimpinan Otokratis
            Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.
          
           2.Gaya Kepemimpinan Demokratis
            Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.

3.   Gaya Kepemimpinan Laissez faire
            Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan. (Ngalim Purwanto, 1992:48-50)
            Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut akan mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-beda, tergantung pada faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh faktor, baik yang berasal dari dalam diri pribadinya maupun faktor yang berasal dari luar individu pemimpin tersebut.

Perubahan dan Perkembangan Organisasi Perekonomian Rakyat (Koperasi)




            Koperasi merupakan organisasi  perekonomian rakyat yang berfungsi sebagai usaha bersama dalam memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup yang didasarkan pada asas kekeluargaan. Pada awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk mendistribusikan keperluan masyarakat sehari-hari di bawah Jawatan Koperasi, Kementerian Kemakmuran. Pada tahun 1946, berdasarkan hasil pendaftaran secara sukarela yang dilakukan Jawatan Koperasi terdapat sebanyak 2.500 buah koperasi. Koperasi pada saat itu dapat berkembang secara pesat.
            Namun karena sistem pemerintahan yang berubah-ubah maka terjadi titik kehancuran koperasi Indonesia menjelang pemberontakan G30S / PKI. Partai-partai memenfaatkan koperasi untuk kepentingan partainya, bahkan ada yang menjadikan koperasi sebagai alat pemerasan rakyat untuk memperkaya diri sendiri, yang dapat merugikan koperasi sehingga masyarakat kehilangan kepercayaannya dan takut menjadi anggota koperasi.
            Pembangunan baru dapat dilaksanakan setelah pemerintah berhasil menumpas pemberontakan G30S / PKI. Pemerintah pun melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kehadiran dan peranan koperasi dalam perekonomian nasional merupakan pelaksanaan amanat penderitaan rakyat. Masa pasca kemerdekaan memang dapat dikatakan berkembang tetapi pada masa itu membuat perkembangan koperasi berjalan lambat. Namun meskipun begitu saat ini koperasi sudah mulai berjalan dengan baik dan tersebar luas.

            Sepanjang sejarah perkembangannya organisasi perekonomian rakyat seperti koperasi melalui banyak proses-proses perubahan. Perubahan dalam koperasi sejak dulu hingga sekarang disebabkan oleh faktor intern dan ekstern mulai dari faktor kebutuhan rakyat sampai faktor krisis perekonomian. Namun meskipun telah melalui perubahan mulai dari perubahan jaman sampai dengan perubahan pola pikir masyarat, koperasi mampu tetap bertahan sebagai organisasi perekonomian rakyat karena strategi dan pendekatan yang dilakukan oleh setia anggotanya mampu membuat organisasi ini tetap bertahan bahkan berkembang.


                                        Adistia Bianca Rizki~~10113209~~2KA23

Perubahan dan Perkembangan Organisasi

TEORI ORGANISASI
UMUM 1




Nama: 1. Adistia Bianca Rizki
            2. DwitaAngraini
            3. Justin Nathanael Jacobs
            4. Pieter GustiPratama
            5. SetiawatiWinaPratiwi
             6. SyarifNurIkhsanuddin
             7. Tiara AnjasHartiningsih M
             8. Wily Orlando
Kelas:  2KA23 (Kelompok 2)



Faktor – faktor perubahan Organisasi.

            Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1.   Faktor Ekstern
            Penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.

            Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.

            Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.

2.   Faktor Intern
            Penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
-   Problem hubungan antar anggota,
-   Problem dalam proses kerja sama,
-   Problem keuangan.

            Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan.

            Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.

            Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.

           Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.


Proses perubahan

1. Mengadakan pengkajian.
2. Mengadakan identifikasi.
3. Menetapkan perubahan.
4. Menentukan strategi.
5. Melakukan evaluasi.

            Ada beberapa tahapan dari proses perubahan suatu organisasi
  • Karena ada tekanan & desakkan, dimana yang dimaksud di sini adalah, tekanan & desakkan dari pihak luar atau dalam untuk mengembangkan suatu organisasi agar mau berkembang dan berjalan lebih maksimal.
  • Interfrensi & Reorientasi biasanya melibatkan orang lain untuk mengelola, dimana dibutuhkan pengenalan kembali agar mengingatkan apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus menjadi misi untuk mencapai visi suatu organisasi tersebut.
  • Diagnosa & Pengenalan masalah, dimana di sini berusaha ditemukan, apa yang menjadi sebab, dana mengakibatkan apa, serta bagaimana cara Organisasi tersebut memecahkan suatu masalah dengan baik.
  • Penemuan & Komitmen dari penyelesaian, setelah menemukan suatu hal yang baru terhadapa penyelesaiaan masalah, maka akan didaptkan komitmen baru, dimana harus dijalankan, agar seseuatu kegagalan di masa lampau tidak terulangi lagi di masa depannya.
  • Percobaan & penerimaan hasil, dimana setelah kita melakukan percobaan suatu yang baru, kitapun harus dapat menerima hasilnya, dan mereview kembali agar kita mengetahui dimana cacatnya suatu cara tersebut dan memodifikasi kembali agar perubahan itu menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.


Ciri-ciri pengembangan Organisasi        

Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a)  Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.

b)  Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.

c)  Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.

d)  Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.

e)  Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.

f)   Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.



Metode pengembangan organisasi

            Beberapa teknik yang digunakan untuk pengembangan organisasi adalah sebagai berikut ini :
  • Sensitivity training, merupakan teknik Pengembangan Organisasi yang pertama diperkenalkan dan yang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubungan antar-pribadi.
  • Team Building, pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
  •  Survey feedback, tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil survei ini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
  • Transcational Analysis (TA), TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
  •  Intergroup activities, fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok. Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
  • Proses Consultation, dalam Process consultation, konsultan Pengembangan Organisasi mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan koreksi.
  • Pengembangan Organisasi Grip, pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
  • Third-party peacemaking, dalam menerapkan teknik ini, konsultan Pengembangan Organisasi berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.