Sabtu, 31 Oktober 2015

Psikoterapi

            Psikoterapi adalah upaya intervensi oleh psikoterapis yang terlatih agar kliennya bisa mengatasi persoalannya (tidak semua psikiater & psikolog dapat melakukan psikoterapi karena diperlukan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk menjadi psikoterapis). Pada dasarnya, metode psikoterapi adalah wawancara tatap muka perorangan, tetapi dalam beberapa praktik banyak variasi teknik psikoterapi, hal tersebut tergantung pada teori yang mendasari dan jenis masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Tujuan utama psikoterapi adalah untuk mengembalikan keadaan kejiwaan klien yang terganggu (mulai dari masalah yang ringan, sampai masalah mental berat) agar dapat berfungsi kembali dengan optimal sehingga klien tersebut dapat merasa bahwa dirinya lebih sehat mental. (Sarwono, 2008).

Pic by: www.suatkilicarslan.com

            Berdasarkan teori dan teknik yang diterapkan, ada beberapa jenis psikoterapi:
  1. Psikoanalisis, teknik ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Sesuai dengan teorinya, Freud mencoba menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang dinamakan dengan asosiasi bebas (free association) (Corey, 2005; Feldman, 2003; Hall & Lindzey, 1985), sampai pasien menemukan sumber masalahnya yang biasanya terdapat didalam alam ketidaksadaran tersebuy. Pasien harus berbaring di sofa dan psikoterapis duduk dibelakangnya sambil memberikan pertanyaan-pertanyaa dan mencatat. Gunanya adalah agar pasien dapat bebas untuk berasosiasi, tidak terhambat oleh kehadiran terapis. Tahap penting dalam hal ini adalah ketika terjadinya katarsis, yaitu pasien dapat melupakan emosinya sehingga menimbulkan perasaan lega. Kelemahan dari teknik ini adalah proses penyembuhan pasien dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
  2. Hypnoterapi, sebelum teknik psikoanalisis diperkenalkan, psikiater penggunakan teknik hipnotis untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien untuk sembuh. Teknik ini bisa langsung menghilangkan gejala (instant), tetapi hanya berlangsung sementara karena dapat muncul lagi ketika pengaruh sugesti sudah hilang. Oleh sebab itu saat ini banyak orang yang belajar untuk melakukan sugesti terhadap diri sendiri agar tidak perlu ketergantungan oleh psikoterapis lagi.
  3. Psikodrama, sejumlah pasien atau pasien bersama keluarganya bermain peran seakan-akan mereke sedang dihadapi oleh suatu masalah yang harus diselesaikan bersama. Biasanya dilakukan tukar peran, misalnya anak menjadi orang tua – orant tua menjadi anak, agar pasien dapat memahami persoalan dari sudut pandang orang lain akan didapat lebih banyak pilihan jalan keluarnya.
  4. Terapi Humanistik, terapi ini disebut juga dengan terapi client centered. Dalam teknik ini psikoterapis bertugas untuk membantu pasien menelusuri semua potensi positif yang ada pada dirinya, agar pasien dapat mengembangkan dirinya secara positif dan meninggalkan gejala-gejala mentalnya.
  5. Terapi Bermain, teknik ini digunakan pada anak-anak. Tujuannya adalah agar sambil bermain, anak-anak dapat memproyeksikan perasaan-perasaannya terhadap orang-orang yang menjadi sumber masalahnya (biasanya orang tua), yang biasanya tersimpan didalam alam ketidaksadarannya dan tidak dapat dikeluarkan hanya dengan wawancara biasa.


This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar